Tradisi Sosiokultural dalam Ilmu Komunikasi

Tradisi sosiokulturan mencakup pembahasan lebih luas mengenai praktik komunikasi. berikut adalah uraian singkat yang bisa penulis rangkum dari buku Littlejohn dan Foss (2014).

Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori-teori tersebut mengeksplorasi dunia interaksi yang dihuni oleh manusia, menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan di luar kita tetapi dibentuk melalui proses interaksi dalam kelompok, komunitan, dan budaya.

Gagasan utama dalam tadisi ini memfokuskan diri dari pada bentuk-bentuk interaksi antara manusia antarmanusia daripada karakteristik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan. Meskipun individu memproses informasi secara kognitif, tradisi ini kurang tertarik pada komunikasi tingkat individu. Malahan, para peneliti dalam tradisi ini ingin memahami cara-cara yang di dalamnya manusia bersama-sama menciptakan realitas kelompok sosial mereka, organisasi, dan budaya. Tentu saja, kategori yang digunakan oleh individu dalam memproses informasi diciptakan secara sosial dalam komunikasi berdasarkan pada tradisi sosiokultural.

Ada skeptisme baik dalam perkembangan tentang penemuan metode-metode penelitian. Malahan, para peneliti sosiokultural cenderung menganut ide bahwa realitas itu dibentuk oleh bahasa, sehingga apapun yang “ditemukan” harus benar-benar dipengaruhi oleh bentuk-bentuk interaksi prosedur penelitian itu sendiri. Oleh karena itu, dalam tradisi ini, pengetahuan benar-benar bisa diinterpretasi dan dibentuk. Teori-teori tersebut lebih cenderung berhubungan dengan bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi nyata. Makna kata-kata dalam situasi tersebut dianggap sangat penting, seperti layaknya bentuk-bentuk perilaku dalam interaksi dalam situasi nyata. Para peneliti dalam tradisi ini selalu tertarik dengan apa yang dibuat oleh bentuk-bentuk interaksi tersebut. banyak teori-teori sosiokultural juga memfokuskan pada bagaimana identitas-identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas menjadi dorongan kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai mahluk berbudaya.

Para ahli sosiokultural memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegosiasikan dari satu situasi ke situasi lainnya. Budaya juga dilihat sebagai bagian penting atas apa yang dibuat dalam interaksi sosial. Pada gilirannya, budaya membentuk kontkes bagi tindakan dan interpretasi. Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi di antara manusia, sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam banyak teori tersebut. Konteks secara eksplisit diidentifikasi dalam tradisi ini karena penting bagi bentuk-bentuk komunikasi dan makna yang ada. Symbol-simbol yang penting dalam interaksi apapun dianggap memiliki makna yang berbeda ketika pelaku komunikasi berpindah dari satu situasi ke situasi lainya.

Sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh: paham interaksi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi, dan etnometodelogi. Berdasarkan ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial, paham interaksi simbolis sangat berpengaruh dalam tradisi. Ide pokok dari paham interaksi simbolis berasal dari Herbert Blumer dan George Herbert Mead yang menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi. Pandangan interaksi simbolis telah diadopsi dan dielaborasi banyak pakar sosiologi serta saat ini dimasukkan ke dalam kajian kelompok, emosi, diri, politik dan struktur sosial.

Sudut pandang kedua yang sangat berpengaruh pada pendekatan sosiokultural adalah paham konstruktivisme sosial. Sudut pandang ini telah meneliti bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial. Identitas benda dihasilkan dari bagaimna kita berbijara tentang objek, bahasa yang digunakan menangkap konsep kita, dan cara-cara kelompok sosial menyusuaikan diri pada pengalaman umum mereka.

Pengaruh ketiga dari sosiokultural teori komunikasi adalah sosiolingistik atau kajian bahasa dan budaya. Hal yang penting dalam tradisi ini adalah bahwa manusia menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda. Bukan hanya media netral untuk menghubungkan manusia, bahasa juga masuk ke dalam bentuk yang menentukan jati diri kita sebagai makhluk sosial dan berbudaya. Hal yang erat kaitannya dengan sosiolinguistik adalah filsafat bahasa. Ludwing Wittgenstein, yang mencetuskan pandangan filsafat bahasa ini menyarankan bahwa, makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya.

Pandangan lain yang berpengaruh adalah etnografi atau observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistic dan nonlinguistic mereka. Etnografi melihat bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial tertentu. Kata-kata yang mereka gunakan dan maknanya bagi mereka, sebagaimana makna- makna bagi keragaman perilaku, visual dan respon.

Terakhir, tradisi sosiokultural dipengaruhi oleh etnometodelogi atau observasi yang cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi –situasi nyata. Etnometodelogi terutama dihubungkan dengan Harold Garfinkel, pendekatan ini melihat bagaimana kita  mengelola dan menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu. Dalam komunikasi, etnometodelogi telah mempengaruhi bagaimana kita melihat percakapan, termasuk cara-cara partisipan mengelola alur percakapan dengan bahasa dan perilaku nonverbal.

Leave a comment